Golden Rule? Bullshit.

Golden Rule yang diajarkan Tuhan Yesus itu bullshit.

Kata Yesus sih, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Mantap sekali. Seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi ribuan tahun dirangkum dalam 2 hukum, dan salah satunya adalah Golden Rule itu.

Tapi saya kecewa ketika mencobanya, ketika berusaha mencoba meningkatkan kualitas salah satu relasi saya dengan seseorang. Karena merasa tidak dihargai dan ingin dihargai, saya menghargai dia. Karena sedih sering ditegur ketika berbuat salah, saya tidak menegur dia meskipun saya melihat kesalahannya. Karena ingin mendapatkan pengakuan dan support atas kerja keras yang telah saya lakukan, saya berusaha memujinya setiap ada kesempatan. Karena ingin diajak berkomunikasi dengan baik, saya selalu berusaha berkomunikasi dengan sejelas-jelasnya. Karena ini dan itu, saya ini dan itu.

Dan saya lelah. Karena ternyata saya tidak mendapatkan balasan. Saya tetap merasa tidak dihargai, hati saya masih sering sakitnya tuh di sini *permisi joget* karena ditegur atas kesalahan kecil, yang bahkan terkadang saya tidak paham salah di mana, saya tetap tidak mendengar kalimat pengakuan atau dukungan, malah sebaliknya, dan komunikasi tetap blur dan tidak jelas, at least bagi saya.

Jadi hipotesa sementara adalah: Jesus, your Golden Rule is bullshit. It doesn't work.

Lalu saya mencoba kembali membaca Matius 7:12. "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Lalu saya baca lagi lima kali. Lalu saya baca ayat selanjutnya. Loh, kok kalimatnya tidak lengkap ya. Seharusnya ayat ini dilanjutkan dengan: "Dan mereka juga akan berbuat demikian kepadamu." Tapi kalimat lanjutan ini memang tidak pernah ada. Rupanya ayat ini bukan alat untuk mendapatkan yang saya mau. Rupanya ayat ini adalah pedoman ideal bagaimana SAYA harus bersikap.



Tapi kan capek, Tuhan... Seperti cinta tak berbalas. Cieee... Tuhan sih bisa mencintai tanpa syarat, tapi saya manusia. Mba Katy Perry, sekalian saya mau bilang di post ini, lagumu Unconditionally itu bullshit deh.

Oh well, itu perintah dari Tuhan sih, bukan untuk ditawar-tawar. Namanya perintah ya dijalankan. Kalo capek jalaninnya? Ya minta lagi kekuatan dan support dari yang ngasih perintah.

Jadi sekarang saya cabut deh predikat bullshit dari Golden Rule. Ternyata saya yang salah paham. Tapi, Tuhan, kasih kekuatan untuk saya melakukannya ya? Janji? Janji suci?

Okay. Deal.

Comments

  1. Hi Fanny. Saya mampir ke postmu untuk saling berbagi cerita. semoga kita bisa saling menguatkan dengan share ini

    hukum Tuhan yang terutama adalah mengasihi. Mengasihi dalam arti memberi tanpa mengharapkan pamrih karena menanti kebaikan manusia itu bisa jadi kecewa. Kasih manusia tdk sama dengan kasih Tuhan. Klo gitu saya rugi terus dong? kalau kita pikir untung rugi maka hukum itu tidak pernah berjalan :D

    pada dasarnya giving is receiving itu berjalan, namun memang balasnya itu tergantung seberapa peka orang tersebut sama kebaikan kita. Klo kita nunggu balas budinya trus lama2 pasti capek. apalagi klo mo hitung2an pengorbanan kita. Tapi karena kita mengasihi / mencintai orang tersebut kita rela menyingkirkan ego dan pengorbanan kita untuk kebaikan orang tersebut. Ada seorang yang pernah bilang ke saya: jangan sebut atau hitung2an sama pengorbanan kita krn itu sia2. Asal kita melakukan dengan hati, meski kondisi belum berubah yang penting kita punya hati untuk merubah cara pikir kita..
    entah suatu saat (suatu saat yang tidak bisa dijanjikan itu jg kapan, bisa saja jangka lama) orang tersebut akan mengerti kebaikan kita dan membalasnya :D

    saya sudah menerapkan cara itu kepada pasangan saya. Saya belajar tidak menganggap suatu hal yang menakutkan lagi dengan peraturan yang diberikan pasangan saya. Saya belajar melakukan dengan kasih, hasilnya dia jg belajar untuk menghargai saya. Semoga Fanny jg bisa menemukan jawaban hidup dari pergumulan ini :)

    ReplyDelete
  2. Mau tanya sih, dalam proses membangun hubungan (belom menikah).. kan saat2 itu dipakai u/saling mengenal lebih dalam karakter pasangan...
    kondisinya Meskipun dihujani segala kebaikan, ketulusan, penerimaan dll si pria tidak menyadari dan tetap berlaku "seenaknya".
    Feedback yg baik tidak didapat. Seperti yg tadi dibilang diatas.

    Nah, salah satu contoh issue nya begini.... (diantara issue2 lainnya :D )
    si wanita keberatan dg kedekatan pasanganya dg teman dan sahabat wanita (baik yg baru bersahabat maupun yg sudah lama bersahabat) .. karena sampai pergi berduaan baik untuk curhat maupun sekedar ngafe.
    Dr sisi pria , mereka pure berteman tidak ada rasa suka. krn itu harusnya tidak masalah. Dr sisi wanitanya, selain tidak nyaman dan ada rasa cemburu (pastinya!) ..
    si wanita beranggapan rasa nyaman diantara pria dan sahabatnya itu suatu saat bs jadi benih yg lain dr sekedar pertemanan. Kalau pd suatu saat ada pertengkaran dan masa2 sulit antara si pria dan wanita, lalu pria curhat dg wanita lain.... dan menemukan kenyamanan disana... bukankah itu celah??
    Sudah mendiskusikan ini berulang2 tapi tetap tidak bs ketemu ditengah.

    Akhirnya merasa ini masih tahap bangun hubungan, si wanita memutuskan untuk mundur saja. Karena tidak mau nanti terlanjur menikah dan punya suami yang punya sikap seenaknya sendiri. Jadi saya mau tanya, apakah hukum ini juga berlaku saat pacaran. Kan ini saatnya kita memilih2 pasangan sehidup semati nanti. Kalau sudah suami istri ya hukum ini sudah WAJIB dijalankan. Tapi saat semua masih boleh dipertimbangkan dan diperhitungkan? Bagaimana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dear anonymous, sayangnya hukum ini bukan wajib berlaku ketika sudah jadi suami istri. Coba dibaca lagi ayatnya lima kali, sepuluh kali lagi juga boleh. Hukum ini untuk berinteraksi dengan semua orang. Boro-boro sama suami atau pacar, hukum ini berlaku juga untuk kita saat kita berinteraksi dengan kenalan, keluarg, teman, rekan kerja, orang tidak dikenal, bahkan musuh. Demikian menurut saya.

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Today the universe conspires to teach me how to forgive

He's Got the Whole World (and My World) In His Hand

Saya Ingat Dulu Saya Menulis